Ojok Dumeh

——-

Ojo ngece karo wong ora duwe

Rojo brono yen mati ora digowo

Bebasan … Urip mung mampir ngombe

Ngono kuwi jare bini sepuh kae

 

Yen numpak sepur asepe metu nduwur

Tiwas ajur mumur yen awak ora diatur

Yen numpak motor asepe metu ngisor

Urip neng alam dunyo kudu sugih andap asor

 

Nek numpak becak asepe metu telak

Ojo ngguyu ngakak yen urip lagi kepenak

Nek numpak andong asepe metu bokong

Ojo plenggang plenggong

mengko mundak koyok grandong

 

Dadi wong ojok rumongso biso

Nanging biso rumongso

Wong sing becik simpeno kebecikane

Ngono kuwi …. Jare jarene simbahku dhewe…

 

Rujak nanas pantese diwadahi gelas

Tiwas adem panas seng digagas ora waras

Nek rujak dondong pantese diwadahi lodong

Ojo plenggang plenggong mengko mundak koyo grandong

 

Nek rujak mayit lalapane rumah sakit

Bingung golek duwit

Ngurusi barang kecepit.

 

Ora angel, linakon waton ra ngewel

Penting tegen, nyambut gawe suwih rigen

Yen mung nyawang sarwo sarwi katon gampang

Ora damang, tansah luput yen tumandang

Isih maneh, urip pisan ojo dumeh
Tanpo noleh wong liyo dianggep remeh

 

Nadyan kuoso,
Mbondo jo ngendak wong liyo
Bakal gelo, wineleh sang moho kuoso

  

OJOK SOMBONG, YEN BESOK ORA PENGEN DIOBONG

****

‘Ojo Dumeh’ dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti ‘jangan mentang-mentang’ atau bahasa Jakartaannya “Gak usah Belagu lu. Kalo Belagu, Mukelu Jauhh…”

Dengan pluralisme sifat dalam diri seseorang, tentu kita pernah merasakan, mengatakan atau cuma mbathin.

Ojo dumeh sugih, ojo dumeh dhuwe pangkat, ojo dumeh nggantheng, ojo dumeh ayu, ojo dumeh pinter, dan ojo dumeh-ojo dumeh yang lainnya.

Orang bijak bilang lihat ke atas agar kita punya motivasi agar lebih pinter, lebih maju. Lihat ke bawah agar bisa bersyukur, nrimo lan legowo.

Sebelum dikata-katai ‘Belagu’, saya mencoba mengingatkan diri saya sendiri dulu….

Daripada mendongkakkan kepala akan lebih baik kalau jadi orang sumeh, menebar senyuman. Hitung-hitung sebagai ibadah dan menambah saudara serta persaudaraan.

Ketika menjadi orang kaya juga jangan sombong terhadap orang lain, yang mungkin di bawahnya. Kekayaan yang dimiliki bisa bermakna bagi orang lain. Misalnya, bisa membantu orang lain yang memerlukan dan sedang kesulitan.

Ketika memiliki ilmu yang banyak pun tidak congkak dan  keminter. Kelebihan ilmu yang dimiliki bisa dimanfaatkan untuk ikut memintarkan orang lain. Kita bisa menggunakan filsafat padi “semakin berisi semakin merunduk”.

Mungkin ini sulit sebab naluri manusia selalu ingin lebih dari yang lain dalam banyak hal. Maka itu perlu agama yang mengajarkan nilai-nilai luhur dan meredam nafsu manusia untuk tidak serakah, sombong, menyepelekan orang lain dan seterusnya.

Terdapat beberapa alasan mengapa ojo dumeh menjadikan kita lebih powerful.

Yang pertama, ojo dumeh selalu mengingatkan kita agar kita tidak tergelincir kemudian jatuh dari posisi kita sekarang. Hal ini dikarenakan dengan selalu ingat pada adanya posisi yang berada dibawah kita, memberikan sinyal bahwa kalau tidak berhati-hati kita bisa terpeleset dan jatuh ke posisi tersebut.

Jadi ojo dumeh menciptakan kehati-hatian. Dengan kita berhati-hati, maka pijakan kita menjadi lebih kuat. Kita tidak akan terpeleset, apa lagi jatuh.

 

Yang ke dua, ojo dumeh akan menyenangkan orang lain. Orang lain senang karena kita tidak mentang-mentang, tidak merendahkan mereka. Saat kita menyenangkan orang lain, orang-orang tersebut akan senang berada di sekitar kita. Mereka tidak ingin kita jauh dari mereka. Apa lagi lepas dari mereka. Artinya, mereka akan menjaga kita untuk stay in our position.

Tetap di posisi kita di sini bukan berarti kita tidak mereka inginkan untuk menapak ke posisi yang lebih tinggi. Mereka justru berharap agar kita lebih membuat mereka senang.

Pada posisi yang seperti ini saja kita menyenangkan mereka, sehingga pada saat kita berhasil berada di posisi yang lebih tinggi mereka berharap bahwa kita akan lebih menyenangkan mereka.

 

Yang ke tiga, ojo dumeh menunjukkan bahwa kita adalah orang yang bersyukur. Dengan tidak ‘mentang-mentang’ berarti kita memberi pernyataan pada diri sendiri bahwa posisi kita yang seperti ini cukup untuk kita dan wajib kita syukuri.

Kalau kita diberi lebih dari yang sekarang ini tentunya kita akan lebih bersyukur lagi. Dengan demikian kita bisa menikmati apa yang sudah kita miliki dan yang sedang kita alami.

 

Ke empat, ojo dumeh membuat kita hemat energi. Merendahkan orang lain, mengumpat orang lain, dan berfikir negatif tentang orang lain hanya akan menguras energi kita. Lebih baik kita menempatkan segala sesuatu pada porsinya saja.

Setiap orang mendapatkan rejekinya sendiri-sendiri. Ada yang banyak, ada yang sedikit. Yang banyak bisa menjadi sedikit, dan yang sedikit bisa menjadi banyak.

Jadi, yang punya kelebihan bersyukur saja tanpa harus mengecilkan orang lain. Berfikir positif seperti ini akan menghemat energi kita. Apalagi orang yang merasa kita hargai tersebut juga kemudian menghargai kita, hal tersebut justru akan me-recharge energi kita.

 

Ke lima, ojo dumeh merupakan pengendalian diri. Yang dimaksud pengendalian diri disini adalah membawa diri kita kepada keadaan yang kita inginkan.

Ojo dumeh akan selalu mengingatkan kita bahwa ternyata disekitar kita banyak sekali hal-hal yang berbeda dengan kita dimana perbedaan tersebut bukannya sesuatu yang kita inginkan.

Saat kita diberi kelebihan dalam hal kekayaan misalnya, kita akan melihat bahwa di sekitar kita masih banyak orang yang tidak seberuntung kita. Selama kita menyadari hal tersebut, dan kemudian tidak mengecilkan orang-orang yang kurang beruntung, maka kita justru akan diarahkan oleh keadaan untuk lebih baik dari keadaan kita sekarang dan terhindar dari keadaan yang tidak kita inginkan.

Kalau kita mengecilkan orang lain, atau menghina, hal tersebut sama saja dengan kita menyamakan posisi kita seperti posisi mereka. Sama halnya kalau kita marah pada orang gila dan mengumpat orang gila, maka bukankah kita menjadi sama saja dengan orang gila tersebut? Sudah tahu dia gila kok kita marah kepada mereka?

Demikian pula saat berhadapan dengan orang-orang yang tidak seberuntung kita. Kalau kita merendahkan mereka juga sama saja kita down grade, sama saja dengan mereka.

Yang benar adalah saat kita lebih beruntung kita membantu dan mengangkat orang yang kurang beruntung tersebut ke posisi yang lebih baik. Kita boleh merendah, tetapi jangan merendahkan. Begitu kurang lebih yang terkandung dalam ojo dumeh.

 

Yang ke enam, ojo dumeh menjadikan kita tidak “over valued” terhadap diri sendiri. Kalau kita mentang-mentang, dan keadaan membiarkan kita terbuai dengan ke“mentang-mentang”an kita, maka kita bisa lupa diri.

Sebagai contoh, mentang-mentang kita pandai kemudian kita membodohi orang lain. Orang lain mungkin diam. Kita yang sedang membodohi rasanya tiba-tiba menjadi lebih pandai, melayang tinggi lebih pandai lagi. Itu perasaan yang menipu. Kita justru akan tertipu oleh “mentang-mentang” kita.

Untuk itulah maka kalau kita memegang kearifan “ojo dumeh” kepalsuan perasaan tersebut dapat kita hindari. Hati-hati, kita bisa over valued terhadap diri sendiri, yang apa bila kita tidak kuat bertahan, hal tersebut justru akan berbalik menjadi menurunkan value kita.

 

Mari kita bawa kearifan “ojo dumeh” ini ke tempat kerja kita.

Bayangkan kita bekerja keras untuk menciptakan kinerja yang kita targetkan. Kemudian kita bisa menapak satu posisi ke posisi berikutnya yang lebih tinggi, yang akhirnya kita mencapai posisi puncak.

Tetapi kita tetap rendah hati. Kita tetap menghargai pendapat orang lain walau yang posisinya lebih rendah dari kita. Kita tidak “mentang-mentang” mempunyai kekuasaan kemudian kita sewenang-wenang dengan kekuasaan kita.

Kita tidak mentang-mentang berpenghasilan tinggi kemudian membelanjakan uang kita semau kita sampai lupa berderma. Kita tetap mendengarkan teman kerja kita seperti apapun posisi mereka.

Kita tetap hemat dan semakin banyak berderma. Bagaimana dengan profil seperti itu? Kita ingin orang tersebut lengser? Tentunya tidak.

Untuk itulah maka kearifan “ojo dumeh” banyak dipelajari, dan diparaktekkan orang di jaman modern seperti ini. Ojo dumeh mendorong kita untuk semakin memanusiakan manusia (dalam istilah jawa disebut nguwongake).

Ojo dumeh tidak akan mengerdilkan diri sendiri, justru akan membuat kita menjadi besar karena berjiwa besar. 

Ojo dumeh……

__________

Copas Dari :

http://apurie.blogspot.com

http://mudjiarahardjo.com

http://www.pembelajar.com

http://sanguturu.wordpress.com

http://www.youtube.com


Leave a comment